Langsung ke konten utama

Postingan

Raya

 Oleh : Alivia Hidayatur Bulan yang mulia telah usai Meninggalkan kesan yang mendalam di hati ini Gemuruh petasan terdengar begitu menggelegar malam itu Guna menyambut hari raya esok Gemerlap cahaya kembang api meramaikan langit dimalam itu Idul fitri gaungkan kemenangan atas segala usaha Di pagi yang sejuk kalau itu Umat muslim berbondong-bondong datang ke masjid Puluhan hamparan sajadah menjadi pemandangan yang luar biasa pagi itu Uluran tangan untuk sebuah maaf Melupakan segala yang lalu dan membuka lembaran baru
Postingan terbaru

Cerbung Ramadhan

 Oleh : Evita Ardya “Jadi lo pilih tinggal atau pergi?” Suasana Kafe Putih sepi, di balkon hanya ada sepasang lelaki dan gadis berambut coklat. Merasa pertanyaannya diabaikan, lelaki dengan kaos putih segera menutup laptop gadis di depannya. “Di,” panggilnya. Dian menatap lelaki di depannya, terlihat jelas bahwa Ia tidak tertarik untuk menjawab pertanyaan tiga menit yang lalu. Dian mengambil es oreo ukuran large yang terlihat masih utuh, “gue mau liat situasi dulu, Sul.” Sul memainkan alisnya bingung. “Sebenernya lo bukan mau liat situasi, Di, lo cuma mau kabur kali ini.” Dian mendadak menoleh, “Kabur? Dari siapa?” “Rama, siapa lagi?” Dian enggan membalas perkataan Sul. Sul benar. “Hahh,” Dian menghembuskan nafas kasar “Kenapa kabur? kita tahu kalo Rama lagi enggak di sini.” Dian memilih untuk tidak menanggapi Sul, “Balikin laptopnya.” Sul mengembalikan laptop Dian yang baru dia ambil. Sul heran, “Emangnya kalian nggak pernah kirim chat? Dm?” “Nggak pernah, gue juga nggak ada niat buat

Bulan Rangkai Makna

 Oleh : Faradia Syahfitri Cahaya lentera menerangi gelapnya dunia Bulan penuh rahmat telah tiba Doa-doa dilantunkan umat seraya Meneduhkan raga dari panasnya noda dan dosa Tanpa jeda memuja-Nya yang Maha Sempurna Kegelapan yang mengurung sendiri Berganti lantunan ayat-ayat suci Malam bermakna selalu cepat berlalu Mengingat-Mu dalam setiap detik tersedia Menyerahkan diri dengan raga sebagai saksi Bulan Ramadhan bulan penuh mahfiroh dan berkah Sudah harus saling mengindahkan Membuang segala bengkak dalam sukma Kembali menyucikan diri dengan amalan Merangkai makna dalam segala laksana Biar insan selaku bainah dengan-Nya

Hidup Sendiri Akan Terasa Damai dan Baik-Baik Saja

 Oleh: Feris Rahma Auliya Aku pernah merasa jenuh untuk tinggal di rumah, yang sepertinya tidak lagi menjadi tempat pulangku yang utuh. Setiap hari, ada saja perselisihan yang terjadi di rumah kami. Entah saling berebut remot TV dengan adik, ibu yang menyuruh membeli ini dan itu padahal aku sedang sibuk-sibuknya dengan tugas kuliah, atau ayah yang- Ah sudahlah! Aku bahkan tidak pernah akrab dengan ayah. Dalam sehari pun, belum tentu aku berbicara kepadanya. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk berbicara seperlunya saja. Tanpa ada kesepakatan, hal itu terjadi dengan sendirinya. Seperti itulah gambaran rumah bagiku. Rasanya muak. Aku ingin pergi. Pergi jauh ke kota orang yang asing. Di mana hanya ada aku dan diriku. Itu saja. “Hidup sendiri akan terasa damai dan baik-baik saja,” begitulah pikirku. Pada bulan April yang bertepatan dengan bulan Ramadhan, aku berencana merantau ke kota Blitar. Selain karena tempat kuliahku berada di kota Patria itu, aku juga ingin menjelajah bumi, menyusur

Hari Kesebelas Ramadhan

 Oleh : Putriana Kusuma Wardani Pada pojok restoran keluarga duduklah segerombol manusia Alunan tawa pemuda-pemudi menggema dari ujung sana Ikut membaur bersama kawan-kawan yang lama tak berjumpa Kucoba tuk tetap kuasai diri kembangkan senyum di muka Detik pertama kulihat wajah-wajah yang bercengkerama di sana Sejak masa itulah kupahami esensi sebenarnya acara hari ini Sebuah ajang pamer pencapaian berkedok “buka puasa bersama” Yang harusnya jadi penyambung tali persaudaraan di bulan suci ini Nyatanya dijadikan persaingan tuk nyatakan siapa yang terhebat Ingin sekali aku pergi, tapi tak mungkin untuk lakukannya Sudah cukup lima tahun kutolak beralasan urusan keluarga “Tetaplah jaga silaturahmi dengan setiap insan yang kamu temui” Pesan Bapak yang sadarkanku tuk bersua lagi dengan mereka Paling tidak aku bisa berhadapan lagi bersama teman seperjuangan Andaikan Bapak tak menyusul perginya Ibu enam bulan lalu Tentu tanpa berpikir aku akan berada di rumah sekarang Bersama kakak, kutinggalk

Ramadhan Yang Di tunggu

 Oleh : Sabita Febi Bulan yang suci Bulan yang berkah Bulan yang ke h adirannya dinantikan banyak orang Bulan yang penuh dengan segala keistimewaannya  B ahagia menghampiri, kala bulan suci ini datang Menahan lapar dan dahaga sehari penuh Menjauhkan diri berbuat buruk menjadi tantangan Untuk mendapatkan pahala yang berlimpah  Ayat-ayat suci dilantunkan setiap malamnya Doa dan ampunan di panjatkan di setiap sujudnya  Menuntun diri menjadi lebih baik Dan menyambut kemenangan di hari yang fi t ri 

Bulan Baru

Oleh : Siti Shofiyah Semua insan sedang menunggu Menunggu dengan sungguh-sungguh Siap menyambut dengan haru Dengan hati yang ikut bergemuruh Bergetar menyambut bulan baru Ketika hilal sudah terlihat Tanda datangnya bulan penuh rahmat Bulan yang paling ditunggu umat Khususnya umat Nabi Muhammad Menahan lapar dan haus Sahur, tarawih dan tadarus Berbuat hal yang bagus Agar tetap berada pada jalan yang lurus