Karya : Sistina Anggraeni (Devisi Penerbitan)
Pada suatu malam yang begitu beku,
terasa dingin hingga menusuk tulangku. Sedang aku masih sibuk terduduk pada
kursi kayu di sudut kamarku. Sembari berfikir banyak hal tentang diriku
sendiri. Bahkan aku juga tidak tahu siapa namaku. Yang aku tahu orang-orang
biasanya memanggilku dengan sebutan Putri. Aku tidak tahu aku ini siapa?
Seperti apa? Dan mengapa aku ada di sini hari ini? Untuk apa? Dan berbagai
tanda tanya lainnya.
Kemudian aku mulai melihat keluar
jendela kamar. Tampak jalanan yang begitu ramai, lampu yang begitu terang, juga
orang tertawa bahagia seakan tanpa beban. Semua itu berlawanan dengan duniaku
yang terasa sepi, hampa, dan kosong. Aku sangat ingin seperti mereka. Namun hal
itu tampak seperti langit yang terlalu tinggi untuk ku raih.
Aku sudah bosan hanya melihat saja.
Kemudian aku membuka pintu kamar yang telah lama tertutup. Akhirnya kaki ku
melangkah keluar. Semua orang tampak sibuk dengan rutinitasnya. Dan akupun
sama, sibuk mencari tahu siapa diriku ini? Melihat mereka berjalan bersama
orang-orang yang tersayang atau dengan temannya. Sedangkan aku? Kulihat
sekelilingku lagi. Lalu aku tersadar, bahwa yang aku punya hanyalah bayangan
diriku sendiri. Bayangan yang selalu mengikuti kemanapun aku pergi, bahkan
tanpa perlu aku memintanya untuk ikut.
Langkahku terus berlanjut, melewati
dinding yang selama ini telah aku bangun sendiri. Kudapati beberapa orang
menyapaku dengan hangat. Kali ini sapaan itu terasa berbeda dari biasanya. Biasanya
kuanggap sapaan itu sebagai angin, dan aku hanya berlalu seperti orang bisu.
Namun hari ini? Aku membuka mata dan telingaku, membiarkan suara-suara itu
mengetuk pintu hatiku, dan kemudian aku membukanya. Aku yang selama ini hanya
mendengar kata hatiku sendiri saja. Wahhhh… Suara itu lebih merdu dari suara
detak jantungku sendiri yang berirama.
Hatiku mulai terbuka, namun mulutku
masih enggan berbicara. Aku terlalu bahagia untuk dapat menjawab sapaan itu. Aku
terbiasa bicara dalam kebisuan. Pada setiap benda di kamarku, juga pada angin
yang berhembus dan berlalu begitu saja. Kaki ku kembali melangkah. Tak sabar
menunggu apalagi yang akan aku temui di depan sana.
“Brakkk….”, ah… aku terjatuh pada
sebuah lubang di pinggir jalan. Jadi, rasanya jatuh seperti ini ya? Aku
bingung, antara menikmati atau mengeluh atas rasa sakit ini? Sudah pasti tidak
ada yang akan menolongku. Jadi aku berusaha keras untuk berdiri sendiri. Namun,
tubuhku terlalu payah. Ternyata lukaku cukup parah. Lalu timbul penyesalan dalam
hati. Mengapa aku harus keluar dalam zona nyaman ku? Dalam kamar kesayanganku.
Yang pada akhirnya aku terluka dan tidak mampu bangkit lagi seperti ini.
Mengapa? Mengapa???
Lalu kulihat samar dengan mata
berkaca-kaca, tampak uluran tangan mengarah padaku, dan membantu berdiri. Memang
uluran tangan tersebut tidak menyembuhkan luka di tubuhku, namun, entahlah
penyesalan dan kepedihan dihatiku hilang secara tiba-tiba. Tangan itu milik
seseorang yang aku kenal. Untuk mengatakannya sebagai temanku rasanya terlalu
asing. Lagi-lagi aku yang tidak mengakui keberadaan orang di sekitarku. Dan aku
tidak tahu bahwa ia sudah menganggapku sebagai temannya tanpa perlu aku
meminta, dan tanpa ia meminta padaku.
Dalam keadaan terluka ini, aku
berusaha keras untuk berjalan pulang. Kali ini aku tidak lagi berjalan sendiri.
Akhirnya ada seseorang yang bisa aku sebut teman, dan ia sekarang berjalan di
sebelahku, mengantarkan aku pulang. Sungguh perjalanan hari ini membuat hidupku
terasa sangat berbeda. Dan ketika aku sudah sampai pada kamar kesayanganku, aku
punya banyak hal untuk aku fikirkan kembali.
Aku menyadari bahwa aku, bukan
hanya aku. Aku tidak bisa berjalan sendiri, berdiri sendiri, dan pulang
sendiri. Hari-hari yang aku isi sendiri tampak membosankan tanpa adanya orang-orang
lain yang berlalu-lalang. Walau kadang dalam perjalanan lalu-lalang tersebut
menimbulkan rasa sakit namun, tanpa rasa sakit itu aku juga tidak pernah tau
apa yang didefinisikan sebagai bahagia. Seperti arti dari namaku, Putri, aku
harus menjadi seseorang yang pantas dipanggil putri. Mengindahkan diriku dengan
banyaknya pengalaman emas di luar sana. Putri tidak harus mengurung dirinya
sendiri di dalam kamar agar tetap putih dan cantik. Namun definisi putri adalah
seseorang yang mampu menunjukkan dan membawa keindahan untuk banyak orang. Aku,
Putri, bukan siapa-siapa tanpa mereka, orang-orang di sekitarku.
Bagus ceritanya. semangat untuk menulis lagi dan lagi :)
BalasHapus