Oleh : Alivia Hidayatur Bulan yang mulia telah usai Meninggalkan kesan yang mendalam di hati ini Gemuruh petasan terdengar begitu menggelegar malam itu Guna menyambut hari raya esok Gemerlap cahaya kembang api meramaikan langit dimalam itu Idul fitri gaungkan kemenangan atas segala usaha Di pagi yang sejuk kalau itu Umat muslim berbondong-bondong datang ke masjid Puluhan hamparan sajadah menjadi pemandangan yang luar biasa pagi itu Uluran tangan untuk sebuah maaf Melupakan segala yang lalu dan membuka lembaran baru
Oleh : Evita Ardya “Jadi lo pilih tinggal atau pergi?” Suasana Kafe Putih sepi, di balkon hanya ada sepasang lelaki dan gadis berambut coklat. Merasa pertanyaannya diabaikan, lelaki dengan kaos putih segera menutup laptop gadis di depannya. “Di,” panggilnya. Dian menatap lelaki di depannya, terlihat jelas bahwa Ia tidak tertarik untuk menjawab pertanyaan tiga menit yang lalu. Dian mengambil es oreo ukuran large yang terlihat masih utuh, “gue mau liat situasi dulu, Sul.” Sul memainkan alisnya bingung. “Sebenernya lo bukan mau liat situasi, Di, lo cuma mau kabur kali ini.” Dian mendadak menoleh, “Kabur? Dari siapa?” “Rama, siapa lagi?” Dian enggan membalas perkataan Sul. Sul benar. “Hahh,” Dian menghembuskan nafas kasar “Kenapa kabur? kita tahu kalo Rama lagi enggak di sini.” Dian memilih untuk tidak menanggapi Sul, “Balikin laptopnya.” Sul mengembalikan laptop Dian yang baru dia ambil. Sul heran, “Emangnya kalian nggak pernah kirim chat? Dm?” “Nggak pernah, gue juga nggak ada niat buat