Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2019

Hidup

      Papa bilang, hidup itu tidak adil. Yang berpengaruh, kaya, dan berkuasa akan selalu menang. Tak peduli dirimu seperti apa, jika tak punya tiga hal tadi, matilah kamu. Kala itu, aku tidak setuju. Dengan cepat dan tegas kukatakan kalau ucapan Papa terlalu pesimis. Papa hanya mendengus, lalu berkata,       “Lihat saja nanti.” Aku marah, tak terima dengan jawaban Papa yang terkesan sekenanya. Ingin mendapat dukungan Mama, aku malah diberi senyum hampa. Ingin menyuarakan rasa tidak suka terhadap respon Mama, terurung karena Papa tiba-tiba mengacak rambutku. Jadilah aku diam saja, tak jadi menyuarakan pikiran. Namun, dalam hati aku tetap meyakini kalau ucapan Papaku tidak benar. . .       Hidup itu tidak adil. Dulu, aku menentang pernyataan tersebut. Keyakinanku bahwa hidup itu adil begitu kuat. Sekarang, seiring berjalannya waktu, keyakinanku tersebut luntur. Papa benar. Hidup itu tidak adil. Tidak perlu pakai alat dan melakukan apa pun untuk membuktikan pernyataan tersebut.

Kamu

Kamu iya kamu Apa kamu tahu Perasaan dia iya dia Dia orang yang Kamu sakiti, kamu lukai Padahal dia tak pernah Mengganggu kamu Namun mengapa kamu Membuat dia usah nyaman Tahu apa kamu tentang dia Tolong sebelum bertindak Pikirkan akibat dari yang Kamu lakukan kepada dia Bisa saja dia mengalami Trauma membuat dia takut Sekali lagi tolong ingat ini Berpikir dahulu sebelum bertindak Agar kau tiada menyesal di kemudian hari Bayangkan jika kamu di posisi dia Apa kamu akan sekuat dia Tolong bila kamu Ada hal kamu benci ke dia Bisa bicara dengan baik-baik Jangan langsung dengan main fisik Belum tentu trauma dia Sembuh dengan cepat Beritahu dia pasti Akan merubah ke arah baik Seperti keinginanmu iya kamu Malang, 13 April 2019 Oleh : Diajeng Sekar Ayu Febriani Anggota Divisi Sastra MP3 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang

Pincang

Jerit Tangis Aungan Menggema di negeri ini Tapi hanya segelintir orang yang mendengar Mengapa? Padahal Gendang telinga saudara ada dua Tapi mengapa Saudara menegok pun tak pernah Kau berjalan dengan sinisnya Tatapan mata Yang menggerutkan hati Meruntuhkan segala sesuatu Yang telah terpatri Di bumi pertiwi Malang, 14 April 2019 Nur Fitriya Anggota Divisi Sastra MP3

Singkong

Perutnya meronta-ronta Tubuhnya yang sudah tua renta Tak lagi kuat bekerja Tak ada seperserpun uang di dompetnya Sebuah singkong yang ia petik Dari kebun tuk mengganjal perutnya Di depan teras rumah Polisi dan warga datang Tiba-tiba ia diseret Dia kaget Dia menangis Dia meronta Dia dibawa tuk diadili Mencuri sebuah singkong Tak adakah rasa iba Tak adakah rasa kasihan Tak adakah rasa ikhlas Dia hanya mencuri singkongmu Dia bukan koruptor Dia adalah ibumu Tak ingatkan dulu Dia yang membesarkanmu Lalu kau telantarkan kelaparan Dan kau tega mengadili Hanya sebuah singkong Puisi Karya : Dini Rosyada Mahmud Ketua Divisi Sastra MP3 FIP UM