Papa bilang, hidup itu tidak adil. Yang berpengaruh, kaya, dan berkuasa akan selalu menang. Tak peduli dirimu seperti apa, jika tak punya tiga hal tadi, matilah kamu. Kala itu, aku tidak setuju. Dengan cepat dan tegas kukatakan kalau ucapan Papa terlalu pesimis. Papa hanya mendengus, lalu berkata, “Lihat saja nanti.” Aku marah, tak terima dengan jawaban Papa yang terkesan sekenanya. Ingin mendapat dukungan Mama, aku malah diberi senyum hampa. Ingin menyuarakan rasa tidak suka terhadap respon Mama, terurung karena Papa tiba-tiba mengacak rambutku. Jadilah aku diam saja, tak jadi menyuarakan pikiran. Namun, dalam hati aku tetap meyakini kalau ucapan Papaku tidak benar. . . Hidup itu tidak adil. Dulu, aku menentang pernyataan tersebut. Keyakinanku bahwa hidup itu adil begitu kuat. Sekarang, seiring berjalannya waktu, keyakinanku tersebut luntur. Papa benar. Hidup itu tidak adil. Tidak perlu pakai alat dan melakukan apa pun untuk membuktikan pernyataan tersebut.
Mahasiswa Peneliti dan Penulis Produktif Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang