Selayar merah berkibar dalam kobar
Membentang putih teriring suci
Getar dua tangan menggenggam
Tonggak kokoh penegak merah-putih
Dalam Rahmat berbalut hikmat
Menetes peluh akan kesah yang mengabad
Bersama teriakkan senandung kemenangan
Atas kemerdekaan yang telah lama dirindukan
Tanah moyangku yang subur
Begitu sulit menjadi tegap dalam pijakan diatasmu
Penuh juang dan korban
Teriring tangis pada luka yang terhunus senapan
Kala itu, mati adalah prestasi
Hingga berbondong menggadaikan nyawa adalah biasa
Demi satu tujuan mulia
Mengikis tangis diwajah generasi muda
Proklamasi berkumandang dari pagi hingga petang
Semarak haru akan pengorbanan yang terbayar
Dalam hingar bingar harapan akan masa depan
Bersama do'a bagi generasi yang telah lama diperjuangkan
Lantas kini, bagaimana nasib generasi yang telah diperjuangkan itu?
Yang sejenak berdiri menghadap terik berlatar merah-putih saja tak mau
Yang mengaku nasionalis, namun hanya gemar berucap lewat ketikan jari manis
Yang mengaku patriotis, sedang ditanya nama pahlawan ia hanya meringis
Nyatanya, kini merdeka adalah biasa
Dan mati sangatlah ditakuti
Sedangkan banyak sekali yang masih buta tak menyadari,
Bahwa penjajah pada zaman kini tak lagi menyebar luka untuk ditakuti
Malang, 17 Agustus 2019
Oleh :
Dewi Nafisah
Anggota Divisi Sastra
MP3 FIP UM
Komentar
Posting Komentar