Oleh : Putriana Kusuma Wardani
Pada pojok restoran keluarga duduklah segerombol manusia
Alunan tawa pemuda-pemudi menggema dari ujung sana
Ikut membaur bersama kawan-kawan yang lama tak berjumpa
Kucoba tuk tetap kuasai diri kembangkan senyum di muka
Detik pertama kulihat wajah-wajah yang bercengkerama di sana
Sejak masa itulah kupahami esensi sebenarnya acara hari ini
Sebuah ajang pamer pencapaian berkedok “buka puasa bersama”
Yang harusnya jadi penyambung tali persaudaraan di bulan suci ini
Nyatanya dijadikan persaingan tuk nyatakan siapa yang terhebat
Ingin sekali aku pergi, tapi tak mungkin untuk lakukannya
Sudah cukup lima tahun kutolak beralasan urusan keluarga
“Tetaplah jaga silaturahmi dengan setiap insan yang kamu temui”
Pesan Bapak yang sadarkanku tuk bersua lagi dengan mereka
Paling tidak aku bisa berhadapan lagi bersama teman seperjuangan
Andaikan Bapak tak menyusul perginya Ibu enam bulan lalu
Tentu tanpa berpikir aku akan berada di rumah sekarang
Bersama kakak, kutinggalkan perantauan tuk pulang ke rumah
Berdua siapkan masakan kesukaan berbuka puasa bersama
Bacaan ayat suci yang merdu dari Bapak kan menjadi teman
Tapi kini semua itu tak akan bisa terulang kembali
Tepukan di pundak menyadarkanku dari lamunan
Kembali kuciptakan senyum tanda baik-baik saja
Kubiarkan diri melebur bersama kawan lama
Menikmati keramaian tawa bahagia selagi bisa
Sebab saat pulang ke kediaman nanti
Hanya sunyi dan sepi yang menjadi kawan baikku
Komentar
Posting Komentar