Langsung ke konten utama

Cerpen Rahasia Arjuna

 Rahasia Arjuna

Karya : Nanda Amilia


Siang itu, di bawah sinar matahari yang sangat terik, aku berdiri di pinggir jalan menunggu angkutan umum yang sangat lama tidak melintasi jalanan. Setelah menunggu berjam-jam, tiba-tiba HP ku berdering menandakan terdapat pesan baru dari whatsapp. Kulihat notifikasi layar HPku, ternyata dari nomor yang tidak kukenal. Sembari mencari tempat untuk berteduh,  dalam hatiku terbesit pertanyaan "Siapa yaa kira-kira? kubalas nanti atau sekarang ya?? Ahh sudahlah biarkan, nanti saja saat sampai rumah aku balas, lagian baterai HPku sudah hampir lowbat”. 


Tak lama kemudian, terdengar suara “Tetttt-Tetttttt... Tetttt-Tetttttt.... Mbak Himalaya-Cikasi-Cimpedak ikut ngak?”, tanya kernet angkot yang menawariku”. “Iyaa Pak, arah Himalaya yaaa”, jawabku sembari bergegas menaiki angkutan umum itu.  


***


Malam ini aku memutuskan untuk berdiam diri di kamar tercintaku saja. Aku memutuskan untuk sekedar bersantai-santai dan bermain HP seperti biasanya. Aku sangat asyik bercerita dan bercanda dengan teman-temanku mengenai gosip terhangat layaknya wanita pada umumnya.  

Tak lama kemudian, aku mendapatkan pesan whatsapp dari nomor yang tidak kukenal. Aku mencoba melihat, ternyata nomor ini sama dengan nomor yang menghubungiku tadi siang. 

"Selamat malam, apa benar ini dengan Rara Ayu pemilik jam tangan yang tertinggal di perpustakaan kampus tadi pagi?" tanya si pengirim pesan tanpa nama.

Sebelum aku membalas pesannya, aku terlebih dahulu melihat foto profil si pengirim melalui akun Whatsappnya. Terlihat di dalam foto itu, sosok lelaki paruh baya mengenakan kacamata hitam yang sangat nyentrik. "Oh ini mungkin bapak-bapak pegawai perpustakaan yang mengurusi barang-barang kehilangan. Lagi pula dijam tanganku sudah aku tempel secarik kertas kecil yang berisi nomor telfonku, jadi tidak kaget sih kalau bapak ini menghubungiku. Syukurlah deh akhirnya jam tangan kesayanganku ketemu juga", gumamku dalam hati. 

Kemudian aku membalas pesan si bapak penemu jam tanganku. "Iya, benar sekali Pak. Ini dengan saya sendiri Rara Ayu. Mohon maaf sebelumnya, kira-kira jam tangan saya dapat diambil dimana ya Pak?" tanyaku dengan sangat senang dan semangat, karena satu-satunya jam tanganku yang penuh dengan makna dan cerita dapat ditemukan kembali. 

"Jangan panggil saya Bapak! Saya ini masih muda. Paham!, jawab si Bapak dengan ketus. 

Sedikit kaget dengan jawaban bapaknya yang seperti itu, akhirnya aku mencoba untuk meluruskan dan menjawab pesannya, "Mohon maaf apabila bapak tersinggung. Namun disini saya mencoba menerapkan apa yang telah diajarkan oleh orangtua saya sejak kecil, selalu menghormati orang yang lebih tua dari saya. Jadi saya mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila menyinggung perasaan bapak", jawabku dengan sedikit keheranan mengapa bapak ini tiba-tiba ketus dan aneh sekali.

Tak disangka, bapak penemu jam tanganku ini semakin ketus dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan aneh dan tak masuk akal.

"Kamu tinggal di daerah mana!" tanya bapak itu.

"Mohon maaf, ada urusan apa ya Pak? Ohh begini saja, mengenai pengambilan jam tangan saya yang tertinggal tadi pagi di perpustakaan, saya saja besok yang menemui Bapak", jawabku kepada bapak aneh itu. 

"Saya tekankan sekali lagi, saya ini bukan bapak-bapak! Begini saja deh supaya urusan cepat selesai, kirimkan alamat rumahmu sekarang?!", ujar bapak aneh itu yang semakin menyolot dan memaksaku.  

Aku semakin merasa aneh, bingung, kesal, dan sedikit ketakutan. "Mengapa bapak aneh ini tiba-tiba menyolot, ketus, dan sangat ingin tahu alamat rumah tinggalku? Apakah orang ini benar-benar orang yang menemukan jam tanganku atau orang lain yang sedang berbohong ingin menjahatiku?!". Aku rasanya sangat dilema, antara harus membalas pesannya atau membiarkannya saja. Aku tidak ingin memberikan alamat rumahku kepada bapak aneh ini, namun jam tangan ini adalah barang paling berharga yang kumiliki. 

Setelah berpikir cukup lama, aku memutuskan untuk memberanikan diri memberikan alamat rumahku kepada bapak aneh itu. Pada awalnya aku merasa tidak yakin dan sangat ketakutan, tetapi demi jam tangan kesayanganku itu, aku mencoba memberanikan diri membalas pesannya. 

"Saya tinggal di daerah Sunan Ampel Jalan Himalaya, Pak", jawabku.

"Rumah nomor berapa?", balasnya dengan cepat.

"Loh memang mau ada urusan apa ya Pak? Bapak mau mengantar jam tangan saya? Tidak usah repot-repot Pak. Saya saja yang menemui bapak besok di perpustakaan", jawabku dengan tegas.  

"Rumah nomor berapa?", tanyanya dengan semakin ngotot. 

Aku semakin kesal, karena bapak ini sangat mencurigakan.

“Mengapa bapak ini rela mengantarkan jam tanganku malam-malam seperti ini kalau tidak ada maksud tujuan lain. Rupanya bapak ini akan berbuat jahat kepadaku” gumamku dalam hati dengan perasaan resah. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak membalas lagi pesan dari bapak itu. 

Kemudian setiap satu menit sekali, bapak itu mengirim pesan menumpuk dengan tetap keras kepala menanyakan nomor rumahku. Di akhir pesannya ia berkata kalau tidak segera menjawab pesannya dan malah memblokirnya, maka ia akan segera membuang jam tanganku. Ia semakin meyakinkan ketika mengirimkan foto jam tanganku yang hendak di masukkan ke dalam tong sampah.  

Dengan sangat kesal dan ingin marah, akhirnya aku membalas pesannya. "Berhubung jam itu jam tangan kesayangan saya, maka bapak saya kasih tahu nomor rumah saya. Rumah saya nomor 11 di dekat toko kue ‘Sidora Nikmat’ warna merah. Tapi dengan syarat tolong bapak jangan membuang jam tangan saya dan tolong bapak simpan baik-baik” ujarku. 

"Saya on the way sekarang!", jawab bapaknya dengan cepat. 

"Loh ini serius Pak?", tanyaku dengan rasa ketakutan dan sedikit bingung keheranan. 


Akhirnya, malam itu aku hanya bisa berdoa agar bapak ini benar-benar memiliki niat baik dan serius mengembalikan jam tangan kesayanganku tanpa beriktikad jahat dan macam-macam kepadaku. 

Kemudian, aku mencoba iseng mengecek tanda online di whatsappnya. Ternyata benar, tanda online di whatsapp bapak aneh ini sudah tidak aktif. Aku mulai sedikit khawatir dan bertanya-tanya "Apakah bapak ini benar-benar serius datang kesini yaaa?! Apa ya maksud dan tujuannya? yasudah deh, coba aku tunggu beberapa jam lagi". 


20 menit kemudian, dering HPku berbunyi. Sayangnya saat hpku berdering aku sedang berada di kamar mandi. Jadi aku tidak bisa mengangkat panggilan di HPku. Setelah usai dari kamar mandi, aku melihat daftar riwayat panggilan, aku berpikir pasti yang menelfonku adalah bapak aneh itu. Tetapi nyatanya tidak, ternyata yang menelfonku adalah Bu Rini tukang laundry langgananku yang sedang mengantar kiriman bajuku. Untung saja tadi Mbak Ijah pembantu di rumahku cepat membukakan pintu rumahku. Kalau tidak pasti Bu Rini sudah menelfonku puluhan kali. 


Suasana hatiku semakin tegang dan bimbang, karena aku sangat menginginkan jam tangan itu kembali. Jam tangan itu hasil jerih payahku menabung mulai dari kelas 1 sampai kelas 3 SMA. Memang sih harganya tidak seberapa dan terkesan cukup alay karena waktu menabungku terbilang cukup lama. Tapi dengan adanya aku bisa menabung dan mengumpulkan uangnya sendiri, itu adalah salah satu kebanggaan berharga bagiku.  


“Kringgg, kring, kringg......”, tiba-tiba suara telfon itu memecahkan lamunanku yang sedang mengingat-ngingat kisah perjuanganku saat mendapatkan jam tangan itu. Kucoba melihat siapa yang menelfon. Benar dugaanku, yang menelfon adalah bapak aneh itu. 

“Halo, jadi bagaimana Pak?”, tanyaku mengawali percakapan telfon itu. 

"Kamu cepat keluar ya. Aku tunggu didepan pagar rumah kamu", jawabnya.

Aku langsung kaget mendengar suara lembut itu. Nampaknya suara itu bukan suara bapak-bapak tua seperti yang ada dipikiranku sebelumnya. Suara lembut itu seperti lelaki dewasa dengan aura kharismanya yang cukup tinggi. Pertama mendengar suaranya, hatiku rasanya sangat lunglai dibuatnya. Aku semakin bingung, sebenarnya apa maksud bapak aneh itu. 

Sebelum aku memutuskan untuk pergi menemui bapak aneh itu, kupastikan terlebih dahulu lewat jendela kamarku apakah benar-benar ada seseorang di depan pagar rumahku. Takutnya bapak aneh itu membohongi dan menjebakku. Ternyata benar, terdapat sorot lampu mobil tua yang menyinari pagar rumahku. 

Namun, sebelum menemui bapak itu, aku menyiapkan terlebih dahulu segala peralatan bawaan seperti sapu, penebah, dan tongkat kayu yang ada di rumahku. Aku mempersiapkan diri untuk berjaga-jaga apabila bapak aneh itu berlaku macam-macam kepadaku.  

“Krekkkk”, ku buka pagar rumahku. 

Tak lama kemudian seseorang di dalam mobil tua itu keluar. Kucoba melihat siapa yang keluar dari mobil itu. Ternyata yang keluar dari mobil tua itu adalah sosok lelaki muda berkulit putih bersih dengan tinggi semampai. Ketika ia berjalan menghampiriku, aroma wanginya sangat tercium semerbak. Ia berjalan menuju arahku dan sekarang tepat di hadapanku. Ia berkata "Rara Ayu kan?", tanyanya sambil tersenyum. 

“Degggg.....”, hatiku seketika lemas kebingungan mendengar suaranya. Suara itu sangat mirip dengan suara bapak aneh pada saat menelfonku tadi. Seketika pikiranku langsung tegang dan gugup. Namun aku mencoba menyikapi dengan raut wajah biasa saja dan mencoba menyembunyikan rasa kagumku padanya. 

“Iya benar saya Rara Ayu, mau mencari siapa mas?”, tanyaku. 

“Perkenalkan nama saya Arjuna”, sambil mengulurkan tangannya. “Saya yang menemukan jam tangan kamu di perpustakaan tadi pagi dan yang kamu anggap sebagai sosok bapak tua pegawai perpustakaan”, tambahnya.

Aku sangat kaget mendengar apa yang ia katakan. Sampai-sampai uluran tangannya aku acuhkan karena sangat bingung apa maksud dari semua ini. “Bagaimana aku bisa percaya kalau bapak tua itu adalah kamu, foto yang ada di profil whatsapp kamu kan seorang bapak-bapak tua”, jawabku sedikit ketus.

“Ahahahah oh sekarang aku paham. Kamu memanggil aku bapak karena kamu melihat foto profil whatsappku ya?”, tanyanya.

Sedikit gugup aku menjawab, “Iii..iya. Emang kenapa!”.

“Foto itu aku filter pakai aplikasi yang lagi trend sekarang, yang bisa ngerubah wajah orang dewasa atau anak kecil menjadi wajah orangtua. Aku kan sudah bilang jangan panggil aku bapak, karena aku memang masih muda dan tampan kan? Tetapi kamu selalu saja mengacuhkanku”, jawabnya sembari sedikit menertawakanku. “Kalau kamu masih kurang percaya, sekarang coba amati wajahku baik-baik terus samakan dengan foto yang ada di profilku, pasti mirip deh...”, tambahnya sedikit meyakinkanku. 

Tanpa bosa-basi aku langsung mengambil HP dari kantong bajuku. Ternyata benar, foto yang ada di profilnya sangat mirip dengan wajah yang kulihat saat ini. Ia juga menunjukkan bukti bekas chatting dan riwayat panggilan denganku. . 

“Benar kan aku tidak berbohong?”, sautnya.

“Hehehe iya, maaf ya tadi aku sudah mengira kalau kamu adalah sosok bapak tua yang aneh”, jawabku sambil tersenyum malu-malu. “Yasudah sekarang mana jam tangan kesayangan aku, nggak kamu buangkan?”, tanyaku.

“Hehehehe tenang, aku menyimpannya dengan baik kok”, jawabnya.

Tak lama kemudian ia menyodorkan sebuah kotak kecil dari tasnya yang dihiasi dengan pita berwarna pink di atasnya. Saat kubuka kotak itu, ternyata isinya adalah jam tangan kesayangaku dan selembar kertas putih yang digulung rapi. Aku mulai membuka dan membacanya "Aku mencintaimu! Aku sangat mencintaimu sejak kita satu sekolah saat SMA dulu. Mungkin kamu tidak mengenal siapa aku, tapi aku sangat mengenal siapa kamu. Setiap hari aku selalu mencari informasi tentang dirimu. Kamu wanita cantik dan baik yang sangat aku sayangi. Hanya saja pada saat itu, aku tak berani mengungkapkan segala isi hatiku padamu. Hingga dimana saat aku mengunjungi perpustakaan yang sering dikunjungi oleh wanita pujaanku, aku mengenali sebuah jam tangan yang tertinggal di meja perpustakaan. Aku sangat yakin kalau jam tangan itu milik wanita pujaanku. Tanpa berpikir panjang aku langsung mengambilnya dan memberanikan diri untuk bertemu dengan sang pemilik jam tangan manis ini. Dan pada akhirnya, setalah lama aku impi-impikan, sekarang aku dapat berdiri dihadapan wanita yang sangat aku cintai sejak dulu. -Arjuna”, tulisnya.

Tak kuasa menahan air mataku, aku menangis dihadapannya. Ia memelukku sangat erat. Sambil menangis terisak, kubisikkan padanya “Aku juga mencintaimu”. 



“Brakkkkkkk.... Aduhh..”

Aku terjatuh dari ranjang tempat tidurku sambil memeluk guling kesayanganku. Ternyata sosok Arjuna yang mencintaiku hanyalah di dalam mimpi. 

“Hmmmmm... andai saja sosok Arjuna itu benar-benar ada di hidupku, aku pasti akan mencintainya dengan setulus hatiku”, ucapku.

Aku melihat jam dinding di kamarku. Jam sudah menunjukan pukul 09.00 yang seharusnya aku ada kuliah pagi jam 07.00. “Mampusss, pasti dosen killer Pak Yatno nggak ngebolehin aku masuk kelasnya, hftt”. 


TAMAT

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Caption Lomba Puisi Nasional

๐ŸŽ‰ *LOMBA PUISI NASIONAL 2019* ๐ŸŽ‰ [UNTUK MAHASISWA AKTIF PTN/PTS SE INDONESIA] . Hai Mahasiswa Indonesia! Mahasiswa Peneliti dan Penulis Produktif (MP3) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Malang (UM) akan mengadakan lomba cipta puisi tingkat nasional 2019 untuk mahasiswa aktif PTN/PTS se Indonesia. ๐Ÿ“Tema : “Generasi Pena di Era Milenial” . ๐Ÿ“Œ  Pendaftaran Gelombang 1 : ๐Ÿ’ธBiaya Pendaftaran: 20k / karya ๐Ÿ“†26 Agustus-7 September 2019 ๐Ÿ Via Online (mp3fip15@gmail.com) Gelombang 2 : ๐Ÿ’ธBiaya Pendaftaran : 25k / karya ๐Ÿ“†8 September-20 September 2019 ๐Ÿ Via Online (mp3fip15@gmail.com) ๐Ÿ“ Penjurian Lomba ๐Ÿ“† 21-25 September 2019 ๐Ÿ Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang ๐Ÿ“ Pengumuman Grand Finalis 10 besar* ๐Ÿ“† 25 September 2019 ๐Ÿ Via Online (Website dan media sosial MP3) ๐Ÿ“ Pengiriman video Grand Finalis 10 besar ๐Ÿ“† 26-27 September 2019 ๐Ÿ Via Online (mp3fip15@gmail.com) ๐Ÿ“ Grand Finalis 10 Besar & Pengumuman Juara 1,2, Dan 3 ๐Ÿ“† 28 S

Pengumuman Juara Lomba Menulis Dongeng 2018

Selamat kepada para pemenang lomba menulis dongeng yang diselenggarakan oleh unit aktivitas Mahasiswa Peneliti dan Penulis Produktif (MP3) BEM FIP UM. adapun nama-nama pemenangnya adalah sebagai berikut : Juara I Dona Ashari dengan judul Nyanyian Hujan Juara II Dania Aptiningsari dengan judul Hompimpa : Kisah Putri Tesaurus Juara III Andita Eka Wahyuni dengan judul Kisah Piyu Si Telur Ayam Bagi teman-teman yang lainnya, jangan berkecil hati. Jadikan pengalaman ini untuk terus mengasah kemampuan menulis kalian, karena kegagalan adalah kunci dari sebuah kesuksesan. tunggu kami di lomba-lomba berikutnya yaaa!   Untuk info lebih lanjut dapat menghubungi kami melalui : IG : @mp3fip FB : @MpTigaFip Blog : mp3bemfipum.blogspot.com Kritik dan saran membangun senantiasa kami tunggu. Terimakasih .